Iklan Melayang

Minggu, 18 November 2012

Tips Membangun Rumah Tangga Harmonis

Kindly Bookmark and Share it:
Tips Membangun Rumah Tangga Harmonis
Sebuah rumah tangga keluarga bahagia adalah harapan setiap orang. Rumah tangga keluarga yang harmonis  terlihat dalam bentuk komunikasi antar anggota keluarga, saling menghargai, menghormati dan menyayangi. Peran orang tua sebagai ayah ibu sangat penting dalam pembentukan karakter anak. Keberadaan orang tua didalam rumah mempengaruhi ketenangan ,kenyamanan dan kebahagiaan keluarga. Sebuah keluarga ideal terlihat di lingkungan rumah ketika ada ayah, ibu dan anak. Keluarga tanpa anak terasa sepi, keluarga tanpa ayah juga tidak lengkap, keluarga tanpa ibu menjadi repot pekerjaan rumah.Sangat menyenangkan hidup bersama dengan keluarga ,saling memperhatikan dan menyayangi. Keluarga yang tidak dapat menyatu disebuah rumah terasa bukan keluarga.
Kegagalan berumah tangga dapat diakhiri dengan perceraian, sangat disayangkan jika ini terjadi. Mengapa perceraian itu bisa terjadi? diantaranya seperti yang saya jelaskan dibawah ini: Emosi, tidak pengertian, selingkuh dan lain lain. Emosi disebabkan tersinggung antara suami istri. Tidak pengertian dengan kebutuhan jasmani atau rohani masing masing pasangan ,tidak searah , atau satu tujuan. Selingkuh karena merasa tidak pernah lagi diperhatikan oleh pasangannya , curhatnya kepada orang lain dan dari jurhat itu ada simpati dan berlanjut sampai selingkuh. Tanda tanda perceraian pasti diawali dengan pertengkaran yang hebat dan masing masing tidak ada yang mau mengalah, hubungan suami istripun tidak harmonis, pisah ranjang ,dll.Suatu tanda yang paling jelek diantara yang jelek ketika istri menolak melayani suami, tanda yang lain adalah KDRT. Sebenarnya semua itu tidak perlu terjadi dan harus selalu dihindari supaya keluarga tetap utuh selamanya. Jika setiap pasangan dapat saling memaafkan dan tidak dendam terhadap pasangannya  tentunya perceraian dapat dihindarkan. Selalu memulihkan kembali hati yang sakit dengan perasaan sayang dan memaafkan maka akan kembali keharmonisan itu.Damai di dalam keluarga itu kembali ketika suami menutupi kekurangan istri dan sebaliknya istri tidak pernah menceritakan kejelekannya kepada orang lain apalagi kepada anak, selalu hidup dengan sabar ,memaafkan dan tidak pendendam.                                                                                   1.Dalam keluarga itu ada mawaddah dan rahmah (Q/30:21). Mawaddah adalah jenis cinta membara, yang menggebu-gebu dan “nggemesi”, sedangkan rahmah adalah jenis cinta yang lembut, siap berkorban dan siap melindungi kepada yang dicintai. Mawaddah saja kurang menjamin kelangsungan rumah tangga, sebaliknya, rahmah, lama kelamaan menumbuhkan mawaddah.

2. Hubungan antara suami isteri harus atas dasar saling membutuhkan, seperti pakaian dan yang memakainya (hunna libasun lakum wa antum libasun lahunna, Q/2:187). Fungsi pakaian ada tiga, yaitu (a) menutup aurat, (b) melindungi diri dari panas dingin, dan (c) perhiasan. Suami terhadap isteri dan sebaliknya harus menfungsikan diri dalam tiga hal tersebut. Jika isteri mempunyai suatu kekurangan, suami tidak menceriterakan kepada orang lain, begitu juga sebaliknya. Jika isteri sakit, suami segera mencari obat atau membawa ke dokter, begitu juga sebaliknya. Isteri harus selalu tampil membanggakan suami, suami juga harus tampil membanggakan isteri, jangan terbalik di luaran tampil menarik orang banyak, di rumah “nglombrot” menyebalkan.

3. Suami isteri dalam bergaul memperhatikan hal-hal yang secara sosial dianggap patut (ma`ruf), tidak asal benar dan hak, Wa`a syiruhunna bil ma`ruf (Q/4:19). Besarnya mahar, nafkah, cara bergaul dan sebagainya harus memperhatikan nilai-nilai ma`ruf. Hal ini terutama harus diperhatikan oleh suami.

4. Suami istri senantiasa menjaga Makanan yang halalan thayyiban. Menurut hadis Nabi, sepotong daging dalam tubuh manusia yang berasal dari makanan haram, cenderung mendorong pada perbuatan yang haram juga (qith`at al lahmi min al haram ahaqqu ila an nar). Semakna dengan makanan, juga rumah, mobil, pakaian dan lain-lainnya.

5. Suami istri menjaga aqidah yang benar. Akidah yang keliru atau sesat, misalnya mempercayai kekuatan dukun, majig dan sebangsanya. Bimbingan dukun dan sebangsanya bukan saja membuat langkah hidup tidak rasional, tetapi juga bisa menyesatkan pada bencana yang fatal.
SELAMAT MENCOBA....


Ada 5 konsep membangun keluarga bahagia.

1.Dalam keluarga itu ada mawaddah dan rahmah (Q/30:21). Mawaddah adalah jenis cinta membara, yang menggebu-gebu dan “nggemesi”, sedangkan rahmah adalah jenis cinta yang lembut, siap berkorban dan siap melindungi kepada yang dicintai. Mawaddah saja kurang menjamin kelangsungan rumah tangga, sebaliknya, rahmah, lama kelamaan menumbuhkan mawaddah.

2. Hubungan antara suami isteri harus atas dasar saling membutuhkan, seperti pakaian dan yang memakainya (hunna libasun lakum wa antum libasun lahunna, Q/2:187). Fungsi pakaian ada tiga, yaitu (a) menutup aurat, (b) melindungi diri dari panas dingin, dan (c) perhiasan. Suami terhadap isteri dan sebaliknya harus menfungsikan diri dalam tiga hal tersebut. Jika isteri mempunyai suatu kekurangan, suami tidak menceriterakan kepada orang lain, begitu juga sebaliknya. Jika isteri sakit, suami segera mencari obat atau membawa ke dokter, begitu juga sebaliknya. Isteri harus selalu tampil membanggakan suami, suami juga harus tampil membanggakan isteri, jangan terbalik di luaran tampil menarik orang banyak, di rumah “nglombrot” menyebalkan.

3. Suami isteri dalam bergaul memperhatikan hal-hal yang secara sosial dianggap patut (ma`ruf), tidak asal benar dan hak, Wa`a syiruhunna bil ma`ruf (Q/4:19). Besarnya mahar, nafkah, cara bergaul dan sebagainya harus memperhatikan nilai-nilai ma`ruf. Hal ini terutama harus diperhatikan oleh suami.

4. Suami istri senantiasa menjaga Makanan yang halalan thayyiban. Menurut hadis Nabi, sepotong daging dalam tubuh manusia yang berasal dari makanan haram, cenderung mendorong pada perbuatan yang haram juga (qith`at al lahmi min al haram ahaqqu ila an nar). Semakna dengan makanan, juga rumah, mobil, pakaian dan lain-lainnya.

5. Suami istri menjaga aqidah yang benar. Akidah yang keliru atau sesat, misalnya mempercayai kekuatan dukun, majig dan sebangsanya. Bimbingan dukun dan sebangsanya bukan saja membuat langkah hidup tidak rasional, tetapi juga bisa menyesatkan pada bencana yang fatal.

Read more: http://agussyafii.blogspot.com/2009/02/5-konsep-membina-keluarga-bahagia.html#ixzz2CeXfY7Y0
Share