
Sebuah rumah tangga keluarga bahagia adalah harapan
setiap orang. Rumah tangga keluarga yang harmonis terlihat dalam bentuk
komunikasi antar anggota keluarga, saling menghargai, menghormati dan
menyayangi. Peran orang tua sebagai ayah ibu sangat penting dalam
pembentukan karakter anak. Keberadaan orang tua didalam rumah
mempengaruhi ketenangan ,kenyamanan dan kebahagiaan keluarga. Sebuah
keluarga ideal terlihat di lingkungan rumah ketika ada ayah, ibu dan
anak. Keluarga tanpa anak terasa sepi, keluarga tanpa ayah juga tidak
lengkap, keluarga tanpa ibu menjadi repot pekerjaan rumah.Sangat
menyenangkan hidup bersama dengan keluarga ,saling memperhatikan dan
menyayangi. Keluarga yang tidak dapat menyatu disebuah rumah terasa
bukan keluarga.

Kegagalan berumah tangga dapat diakhiri dengan perceraian, sangat
disayangkan jika ini terjadi. Mengapa perceraian itu bisa terjadi?
diantaranya seperti yang saya jelaskan dibawah ini: Emosi, tidak
pengertian, selingkuh dan lain lain. Emosi disebabkan tersinggung antara
suami istri. Tidak pengertian dengan kebutuhan jasmani atau rohani
masing masing pasangan ,tidak searah , atau satu tujuan. Selingkuh
karena merasa tidak pernah lagi diperhatikan oleh pasangannya ,
curhatnya kepada orang lain dan dari jurhat itu ada simpati dan
berlanjut sampai selingkuh. Tanda tanda perceraian pasti diawali dengan
pertengkaran yang hebat dan masing masing tidak ada yang mau mengalah,
hubungan suami istripun tidak harmonis, pisah ranjang ,dll.Suatu tanda
yang paling jelek diantara yang jelek ketika istri menolak melayani
suami, tanda yang lain adalah KDRT. Sebenarnya semua itu tidak perlu
terjadi dan harus selalu dihindari supaya keluarga tetap utuh selamanya.
Jika setiap pasangan dapat saling memaafkan dan tidak dendam terhadap
pasangannya tentunya perceraian dapat dihindarkan. Selalu memulihkan
kembali hati yang sakit dengan perasaan sayang dan memaafkan maka akan
kembali keharmonisan itu.Damai di dalam keluarga itu kembali ketika
suami
menutupi kekurangan istri dan sebaliknya istri tidak pernah
menceritakan kejelekannya kepada orang lain apalagi kepada anak, selalu
hidup dengan sabar ,memaafkan dan tidak pendendam. 1.Dalam keluarga itu ada mawaddah dan rahmah
(Q/30:21). Mawaddah adalah jenis cinta membara, yang menggebu-gebu dan
“nggemesi”, sedangkan rahmah adalah jenis cinta yang lembut, siap
berkorban dan siap melindungi kepada yang dicintai. Mawaddah saja kurang
menjamin kelangsungan rumah tangga, sebaliknya, rahmah, lama kelamaan
menumbuhkan mawaddah.
2. Hubungan antara suami isteri harus atas dasar saling membutuhkan,
seperti pakaian dan yang memakainya (hunna libasun lakum wa antum
libasun lahunna, Q/2:187). Fungsi pakaian ada tiga, yaitu (a) menutup
aurat, (b) melindungi diri dari panas dingin, dan (c) perhiasan. Suami
terhadap isteri dan sebaliknya harus menfungsikan diri dalam tiga hal
tersebut. Jika isteri mempunyai suatu kekurangan, suami tidak
menceriterakan kepada orang lain, begitu juga sebaliknya. Jika isteri
sakit, suami segera mencari obat atau membawa ke dokter, begitu juga
sebaliknya. Isteri harus selalu tampil membanggakan suami, suami juga
harus tampil membanggakan isteri, jangan terbalik di luaran tampil
menarik orang banyak, di rumah “nglombrot” menyebalkan.
3. Suami isteri dalam bergaul memperhatikan hal-hal yang secara sosial
dianggap patut (ma`ruf), tidak asal benar dan hak, Wa`a syiruhunna bil
ma`ruf (Q/4:19). Besarnya mahar, nafkah, cara bergaul dan sebagainya
harus memperhatikan nilai-nilai ma`ruf. Hal ini terutama harus
diperhatikan oleh suami.
4. Suami istri senantiasa menjaga Makanan yang halalan thayyiban.
Menurut hadis Nabi, sepotong daging dalam tubuh manusia yang berasal
dari makanan haram, cenderung mendorong pada perbuatan yang haram juga
(qith`at al lahmi min al haram ahaqqu ila an nar). Semakna dengan
makanan, juga rumah, mobil, pakaian dan lain-lainnya.
5. Suami istri menjaga aqidah yang benar. Akidah yang keliru atau sesat,
misalnya mempercayai kekuatan dukun, majig dan sebangsanya. Bimbingan
dukun dan sebangsanya bukan saja membuat langkah hidup tidak rasional,
tetapi juga bisa menyesatkan pada bencana yang fatal.
SELAMAT MENCOBA....
Ada 5 konsep membangun keluarga bahagia.
1.Dalam
keluarga itu ada mawaddah dan rahmah (Q/30:21). Mawaddah adalah jenis
cinta membara, yang menggebu-gebu dan “nggemesi”, sedangkan rahmah
adalah jenis cinta yang lembut, siap berkorban dan siap melindungi
kepada yang dicintai. Mawaddah saja kurang menjamin kelangsungan rumah
tangga, sebaliknya, rahmah, lama kelamaan menumbuhkan mawaddah.
2.
Hubungan antara suami isteri harus atas dasar saling membutuhkan,
seperti pakaian dan yang memakainya (hunna libasun lakum wa antum
libasun lahunna, Q/2:187). Fungsi pakaian ada tiga, yaitu (a) menutup
aurat, (b) melindungi diri dari panas dingin, dan (c) perhiasan. Suami
terhadap isteri dan sebaliknya harus menfungsikan diri dalam tiga hal
tersebut. Jika isteri mempunyai suatu kekurangan, suami tidak
menceriterakan kepada orang lain, begitu juga sebaliknya. Jika isteri
sakit, suami segera mencari obat atau membawa ke dokter, begitu juga
sebaliknya. Isteri harus selalu tampil membanggakan suami, suami juga
harus tampil membanggakan isteri, jangan terbalik di luaran tampil
menarik orang banyak, di rumah “nglombrot” menyebalkan.
3. Suami
isteri dalam bergaul memperhatikan hal-hal yang secara sosial dianggap
patut (ma`ruf), tidak asal benar dan hak, Wa`a syiruhunna bil ma`ruf
(Q/4:19). Besarnya mahar, nafkah, cara bergaul dan sebagainya harus
memperhatikan nilai-nilai ma`ruf. Hal ini terutama harus diperhatikan
oleh suami.
4. Suami istri senantiasa menjaga Makanan yang
halalan thayyiban. Menurut hadis Nabi, sepotong daging dalam tubuh
manusia yang berasal dari makanan haram, cenderung mendorong pada
perbuatan yang haram juga (qith`at al lahmi min al haram ahaqqu ila an
nar). Semakna dengan makanan, juga rumah, mobil, pakaian dan
lain-lainnya.
5. Suami istri menjaga aqidah yang benar. Akidah
yang keliru atau sesat, misalnya mempercayai kekuatan dukun, majig dan
sebangsanya. Bimbingan dukun dan sebangsanya bukan saja membuat langkah
hidup tidak rasional, tetapi juga bisa menyesatkan pada bencana yang
fatal.
Read more:
http://agussyafii.blogspot.com/2009/02/5-konsep-membina-keluarga-bahagia.html#ixzz2CeXfY7Y0